Selasa, 08 September 2015

Ini Adalah Jawaban Allah, Mengapa Ini Semua Tidak Sesuai Seperti Yang Kita Inginkan?

Seperti judul tulisan yang tertera di atas, mengapa aku tak mendapatkan apa yang aku inginkan? Maka seperti itulah gambaran pertanyaan kebanyakan orang dalam menjalani hidupnya saat ini. Tidak heran apabila saat ini banyak orang yang merasa selalu kekurangan dalam hidupnya, merasa hidup sendiri dan tak ada yang menemani. Mereka merasa apapun yang telah mereka terima tidak sesuai dengan apa yang mereka harapkan. Jika pikiran semacam itu merasuk untuk menjadi bahan pemikiran dan kemudian bisa melecutkan diri menjadi lebih baik, tentu pikiran-pikiran itu menjadi bermanfaat, akan tetapi apabila pikiran-pikiran semacam itu manjadi sebuah penyesalan, kemarahan, bahkan keputusasaan, maka sudah barang tentu semua itu hanya akan menjadi penyakit dalam diri kita.

Belum menjadi seorang muslim sejati apabila dalam pribadinya tumbuh bibit penyakit hati. Penyakit hati bisa tumbuh dari berbagai macam bibit, salah satu bibit yang berbahaya adalah perasaan kurang yakin dan berburuk sangka kepada Allah Swt. Dengan penyakit ini, manusia akan selalu merasa bahwa Allah Swt. tidak pernah sayang kepadanya. Allah Swt.tidak mau memberi hamba-Nya nikmat dan Allah Swt. itu jahat. Ketika penyakit ini merasuk dalam diri seseorang, maka nafsu jahat dalam diri manusia sedang berpesta pora menyambut kedatangan teman baru mereka, dan ia adalah keserakahan.

Baca Juga : Inilah Tujuan Allah Menguji Manusia

Sifat serakah seringkali menjalar dalam diri tanpa bisa dideteksi dengan alat apapun selain kesucian hati. Dengan sifat serakah manusia akan tidak pernah puas dengan apa yang mereka miliki. Memang boleh apabila kita merasa tidak puas dengan apa yang kita dapatkan, terutama dalam hal ilmu dan ibadah, tetapi tidak pada nikmat Allah Swt. kita tidak boleh menghujat Allah Swt. dengan mengatakan bahwa Allah Swt. tidak pernah memberi apa yang kita inginkan, karena dengan begitu kita sebenarnya telah digiring nafsu jahat dalam diri untuk menjadi seseorang yang kufur nikmat, naudzubillah.

كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْ وَعَسَى أَن تَكْرَهُواْ شَيْئاً وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ وَعَسَى أَن تُحِبُّواْ شَيْئاً وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ وَاللّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ (البقرة: 216)

"Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu me-nyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (Al-Baqarah: 216)

Tafsir Ayat : 216

Ayat ini mengandung hukum wajibnya berjihad di jalan Allah setelah sebelumnya kaum muslimin diperintahkan untuk meninggalkannya, karena mereka masih lemah dan tidak mampu. Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berhijrah ke Madinah dan jumlah kaum muslimin bertambah banyak dan kuat, Allah memerintahkan mereka untuk berperang, dan Allah mengabarkan bahwasanya peperangan itu sangatlah dibenci oleh jiwa karena mengandung keletihan, kesusahan, menghadapi hal-hal yang menakutkan dan membawa kepada kematian. Tapi sekalipun demikian berjihad itu merupakan kebaikan yang murni, karena memiliki ganjaran yang besar dan menghindarkan dari siksaan yang pedih, pertolongan atas musuh dan kemenangan dengan ghanimah dan sebagainya, yang memang menimbulkan rasa tak suka.

وَعَسَى أَن تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ "Dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu". Hal itu seperti tidak ikut pergi berjihad demi menikmati istirahat, itu adalah suatu keburukan, karena akan mengakibatkan kehinaan, penguasaan musuh terhadap Islam dan pengikutnya, terjadinya kerendahan dan hina dina, hilangnya kesempatan mendapat pahala yang besar dan (sebaliknya) akan memperoleh hukuman.

Ayat ini adalah umum lagi luas, bahwa perbuatan-perbuatan baik yang dibenci oleh jiwa manusia karena ada kesulitan padanya itu adalah baik tanpa diragukan lagi, dan bahwa perbuatan-perbuatan buruk yang disenangi oleh jiwa manusia karena apa yang diperkirakan olehnya bahwa padanya ada keenakan dan kenikmatan ternyata buruk tanpa diragukan lagi.

Perkara dunia tidaklah bersifat umum, akan tetapi kebanyakan orang bahwa apabila ia senang terhadap suatu perkara, lalu Allah memberikan baginya sebab-sebab yang membuatnya berpaling darinya bahwa hal itu adalah suatu yang baik baginya, maka yang paling tepat baginya dalam hal itu adalah ia bersyukur kepada Allah, dan meyakini kebaikan itu ada pada apa yang terjadi, karena ia mengetahui bahwa Allah Ta’ala lebih sayang kepada hambaNya daripada dirinya sendiri, lebih kuasa memberikan kemaslahatan buat hambaNya daripada dirinya sendiri, dan lebih mengetahui kemaslahatannya daripada dirinya sendiri, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman, وَاللهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ "Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui". Maka yang pantas bagi kalian adalah kalian sejalan dengan segala takdir-takdirNya, baik yang menyenangkan ataupun yang menyusahkan kalian.

Dan tatkala perintah berperang tidak dibatasi, pastilah akan mencakup bulan-bulan haram dan selainnya, Allah Ta’ala mengecualikan peperangan pada bulan-bulan haram seraya berfirman, (ayat berikutnya –pent.)

Hadits-Hadits yang Berkaitan dengan Ayat

Ibnu Katsir rahimahullah menyebutkan beberapa hadits ketika menafsirkan ayat tersebut diantaranya:

مَنْ مَاتَ وَلمَ ْيَغْزُ وَلَمْ يُحَدِّثْ نَفْسَهُ بِالْغَزْوِ مَاتَ مِيْتَةً جَاهِلِيِّةً
"Barang siapa meninggal dunia sedang ia tidak pernah ikut berperang dan ia juga tidak pernah berniat untuk berperang, maka ia meninggal dunia dalam keadaan jahiliyah.” (Muttafaq ‘alaih)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda pada waktu Fathu Makkah (pembebasan kota Makkah):

لاَ هِجْرَةَََ بَعْدَ الْفَتْحِ وَلَكِنْ جِهَادٌ وَ نِيَّةٌٌٌ وَإِذَا اسْتُنْفِرْتُمْ فَانْفِرُوا
“Tidak ada hijrah setelah Fathu Makkah (pembukaan kota Makkah), akan tetapi yang ada yaitu hijrah untuk jihad dan untuk niat baik. Bila kalian di minta untuk maju perang, maka majulah !” (Muttafaq ‘alaih)

Imam Az-Zuhri mengatakan, “Jihad itu wajib bagi setiap individu, baik yang dalam keadaan berperang maupun yang sedang duduk (tidak ikut berperang). Orang yang sedang duduk, apabila dimintai bantuan, maka ia harus memberikan bantuan, jika diminta untuk maju berperang, maka ia harus maju perang, dan jika tidak dibutuhkan, maka hendaknya ia tetap di tempat (tidak ikut).”

Pelajaran dari Ayat:

Ayat tersebut merupakan penetapan kewajiban jihad dari Allah Ta’ala bagi kaum muslimin. Agar mereka menghentikan kejahatan musuh dari wilayah islam. Dan juga agar supaya tidak tersisa di bumi Allah ini fitnah dan perbuatan syirik.

Ketidaktahuan seseorang terhadap akibat atau balasan sebuah perbuatan ataupun ketentuan Allah, menjadikannya menyenangi perbuatan yang dibenci atau diharamkan, dan menjadikannya membenci dan menjauhi perbuatan yang sebenarnya dicintai dan diridhai Allah, walaupun terkadang bertentangan dengan keinginan dan hawa nafsunya.

Seluruh perintah Allah adalah baik, dan seluruh larangan-laranganNya adalah buruk. Maka dari itu wajib bagi setiap muslim untuk melaksanakan seluruh perintahNya dan menjauhi seluruh larangan-laranganNya.

Sebenarnya, apabila kita mampu mengkaji lebih dalam tentang semua yang diberikan Allah Swt., maka kita akan bisa merasakan betapa rahman dan rahim Allah Swt. yang begitu melimpah. Allah Swt. selalu memberi apa yang terbaik di hadapan Allah bagi makhluk-Nya. Kebanyakan manusia selalu menilik apa yang diberikan Allah Swt. dengan kacamata nafsu mereka, bukan dari hikmah yang ada dibaliknya. Dengan jelas Allah telah menjelaskan dalam surat al Baqarah ayat 216 bahwa Allah Swt. selalu memberi yang terbaik bagi hamba-hamba-Nya, karena hanya Allah Swt. lah yang paling mengerti tentang apa-apa yang terbaik bagi hamba-Nya. Bisa jadi kita membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagi kita, dan bisa jadi ketika kita menyukai sesuatu, padahal ternyata ia amat buruk bagi kita.
Sebuah analogi sederhana, adalah cerita tentang seorang anak bernama Ahmad dan ibunya yang sedang menyulam kain. Sang ibu duduk di atas kursi dan Ahmad duduk di lantai samping kursi ibunya. Ketika sang ibu menyulam, Ahmad bertanya, “ibu, kenapa ibu membuat untaian benang yang begitu rumit dan tidak teratur seperti itu?” sang ibu hanya tersenyum dan terus meyelesaikan sulamannya itu. Tak berapa lama hasil sulamannya pun jadi. Ibu mengangkat dan mendudukkan Ahmad ke pangkuannya. Kemudian sang ibu berkata, “apa yang kamu lihat sekarang Ahmad? ”, dan Ahmad menjawab, “wow, indah sekali sulaman ini bu”. Ahmad takjub ketika melihat pola dari atas yang begitu rapi membentuk gambar bunga, berbeda dengan apa yang ia lihat dari bawah, rumit dan tidak beraturan. Kemudian sang ibu menjelaskan kepada anaknya bahwa apa yang ia lihat adalah perumpamaan hidup kita. Jalan hidup seringkali terasa begitu rumit dan buruk bagi kita, tapi belum tentu di mata Allah Swt. Bisa jadi apa yang kita pandang sebagai sesuatu yang berat dan menyusahkan, ternyata begitu indah di hadapan Allah Swt.

Dari cerita tersebut kita seharusnya bisa lebih memahami bahwa Allah Swt. selalu lebih mengerti apa yang terbaik bagi hamba-hamba-Nya. Semua yang kita terima, entah itu nikmat ataupun musibah hanya merupakan ujian dari Allah Swt. Dalam al Quran surat Al Ankabut ayat 2 Allah Swt. menyampaikan firman yang artinya,”Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: ‘Kami telah beriman’, sedang mereka tidak diuji lagi?”. 

Sumber :
• Tafsir as-Sa’di, cet. Shahifa;
• Aisarut-Tafasir, syaikh al-Jaza’iri;
• dan Tafsir Ibnu Katsir, cet. Pustaka Imam Syafi’i.
Print PDF

Jadilah orang yang pertama untuk membagikan artikel ini, biar Allah dan malaikatnya membalas kebaikan Anda

Natas-Nitis-Netes

0 Comment to "Ini Adalah Jawaban Allah, Mengapa Ini Semua Tidak Sesuai Seperti Yang Kita Inginkan?"

Posting Komentar

Untuk Para Sahabat Rahasia Al-Quran Yang Mau berdiskusi berkaitan tentang Artikel yang sudah Anda baca, Tuliskan Bahasan Anda dengan sopan dan baik seusai etika